Tuesday 27 July 2010

Contemplation 1

Semburat kuning di tepi barat mengingatkanku bahwa hari telah menginjak sore. Entah mengapa saat itu hatiku tengah tak menentu. Gelisah. Sedih. Kenapa??? Hahh…. Aku sendiri tak tahu kenapa perasaanku tak karuan. Pikiranku tak bisa fokus. Mungkinkah karena tak bisa bertemu dengan seseorang yang entah sejak kapan aku mengaguminya. Aku sendiri pun tak paham. Hingga berbagai argumentasi tentangnya berseliweran di otakku. Melempar argumen, menjawabnya, menolaknya, menerimanya. Dan semua itu hanya terjadi di otakku. Di kepalaku.
Kenapa harus begini? Kenapa harus begitu? Hmmm…..
Lelah juga rasanya hati ini mendengar perseteruan sengit yang tak bisa didengar oleh orang lain. Inilah pertentangan sebagai awal dari sebuah kegelisahan. Kegelisahan yang hanya mampu diobati dengan tetesan air wudhu untuk kemudian mendekatkan diri pada-Nya. Yakin dan percaya pada kekuasaanNya bahwa akan ada akhir yang indah dari sebuah ujian kesabaran akan membuat hati kita lebih tenang, Lebih tenteram dan lebih damai. Keyakinan tersebut menghadirkan harapan. Harapan yang kan menyinari ruang kegamangan dalam hati. Harapan yang kan menumbuhkan tunas – tunas mimpi di tengah gurun keputusasaan.
Hanya padaNya lah kita berharap. Berharap sesuatu yang baik yang akan terjadi (husnudzon) dapat membuat kita lebih tenang dan mantap menjalani hari – hari karena Allah menurut prasangka hambaNya.
Dia yang kukenal kali pertama melalui tulisannya yang terpampang di salah satu mading. Kuakui dia tak hanya pandai menulis, merangkai kata – kata tetapi juga memberikan spirit sebagai bahan renungan kepada pembaca, tak terkecuali aku. Aku hanya tahu namanya tanpa pernah pernah bertemu langsung dengannya. Hingga suatu hari, aku dipertemukan dengannya. Kekagumanku bertambah ketika dia berbicara di depan orang banyak. Melalui tutur katanya aku dapat menilai bahwa dia orang yang tidak hanya cerdas namun juga mempunyai perhatian besar dan mendalam terhadap hal – hal di sekitarnya. Dan heii…. Ternyata dia tak hanya terlihat berwibawa di depan, dia juga piawai melucu, menggubah lirik lagu bahkan berbuat usil di saat sedang santai.
Suatu hari dengan sangat iseng, aku membuka notes di akun facebooknya. Ada sekitar 10 catatan . Aku membacanya satu per satu, mulai dari tulisan yang sama dengan di mading saat pertama kali aku membacanya, hingga tulisan – tulisan lain yang aku tak paham hurufnya, apalagi artinya. Dan sekali lagi,huwoooo…. hatiku tertaut pada tulisannya =D.
Tulisan itu berisi tentang curahan hatinya yang jujur saja, aku juga pernah mengalami apa yang dia tuliskan. (-__-“) *curcol mode on*xp. Namun tak hanya sekedar curhatan saja, tetapi juga mengandung nilai2 dakwah di dalamnya, yang dapat memberikan kesejukan pada hati yang kering dan terluka.
Dari tulisannya itu aku banyak mendapat inspirasi, motivasi, serta bahan untuk berkontemplasi. Merci beaucoup mon ami.. =)
Semangat menulis ya kawan… ^^
kutunggu karya2mu selanjutnya, semoga bisa memberikan banyak manfaat bagi pembacanya kelak. Aku juga akan berusaha untuk konsisten menulis dan tidak akan kalah darimu... =D
Mari berjuang dengan pena! 


No comments:

Post a Comment