Monday 18 October 2010

Aku Ingin

Aku Ingin

Aku ingin

mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api

Yang menjadikannya abu


Aku ingin

mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan

Yang menjadikannya tiada


Puisi karya Sapardi Djoko Darmono di atas sangat tidak asing terdengar di telingaku. Berkali – kali kami mengulangnya ketika duduk di bangku SMA. Kesannya mendalam. Penuh perasaan. Dan penuh makna.

Kali ini aku tak hanya membacanya sebagai sebuah puisi. Namun sebagai sebuah lagu. Intronya yang berupa alunan petikan gitar akustik yang berharmonisasi dengan gesekan biola membuatku masuk semakin dalam pada isi puisi tersebut. Menyelaminya. Hingga hanyutku di dalamnya. Di dalam kesyahduannya.

Aku ingin belajar mencintaimu dengan sederhana. Tanpa harus merasa rumit dengan segala hubungan dan keadaan yang ada. Sungguh, Aku lelah dengan segala kerumitan itu. Kerumitan yang kuciptakan sendiri dalam hati dan pikiranku.

Aku hanya ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti halnya senyummu yang slalu meyakinkanku, bahwa semua kan baik – baik saja. Meski tanpa kata, hanya lewat sebuah isyarat.

Aku sangat ingin kau bahagia. Aku pun juga ingin bahagia. Karena itulah aku bahagia melihatmu bahagia. Meski terkadang ada sebuah rasa perih singgah di hati. Namun Kuharap perih itu kan seperti angin. Hadir sebentar, lalu pergi entah ke mana.

Aku sungguh ingin mencintaimu dengan sederhana. Tanpa melihat apa yang kau sandang. Tanpa melihat apa yang kau bawa. Dan hanya melihat apa yang ada dalam hati, laku dan tuturmu.

Aku tetap ingin mencintaimu dengan sederhana. Tanpa peduli apa kata mereka. Tanpa peduli seberapa banyak orang yang ingin mencintaimu. Tanpa harus bertanya lagi, kenapa kau yang harus kucintai.

Ya, karena aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Sebuah cara untuk mencintai tanpa menuntut untuk dicintai. Tanpa menuntut apapun.

Sebuah cinta yang tulus. Cinta yang tak bersyarat.

(10.10.10 @ 10pm)

Inspired by “Aku Ingin” Sapardi Djoko Darmono dan AGS Arya Dwipayana.