Wednesday 23 May 2012

Moving On


Perjalanan hidup ini seperti orang berlomba lari ya... Diawali dengan lari – lari kecil hingga lari cepat untuk mencapai tujuan hingga akhirnya berhenti pada satu garis akhir. Di mana kelelahannya akan terbayar lunas jika kita memenangkan lomba tersebut. Dalam perjalanan mencapai garis akhir tersebut, ada kalanya kita harus berjalan perlahan – lahan karena kelelahan dan kejenuhan yang mendera sebelum kita akhirnya harus benar – benar berhenti. Kelelahan yang terjadi karena kita terlalu berkonsentrasi menatap ke depan tanpa memperhatikan kondisi raga yang rindu akan istirahat.
Dalam fase “berjalan” tersebut, kadang kita merasakan suatu kedataran yang tak berwarna. Secuil asa pun mengajak alam pikiran untuk “bermain-main” ke masa lalu. Mengenang masa – masa di mana kita merasakan kebahagiaan, kebersamaan, kejayaan dan hal – hal yang membuat kita merasa nyaman untuk mengenangnya. Namun waktu adalah waktu. Tak bisa diulang, selalu berjalan linier, tak ada percepatan, tak ada perlambatan : konstan. Perjalanan ke masa lalu memang suatu hal yang mengasyikkan, namun jangan sampai keasyikan tersebut membuat kita lalai, terjerembab dalam kisah masa lalu sampai melupakan masa kini apalagi masa depan karena sekali lagi, waktu terus berjalan tanpa mau berkompromi.
Bagiku, perjalanan ke masa lalu seakan menyadarkanku bahwa apa yang terjadi saat ini adalah akibat dari mimpi – mimpi dan harapan di masa lalu. Memang tak semua harapan itu terwujud saat ini, tapi aku percaya suatu saat nanti akan terwujud. Namun ada kalanya hati jadi miris ketika beberapa harapan akhirnya tak dapat terwujud. Dengan berat hati, kubuat tanda silang untuk mencoret  harapan itu dari daftar harapanku dan menggantinya dengan harapan yang lain.
Entah mengapa melihat ke masa lalu juga bisa memberi suatu stimulasi optimisme pada batin kita. Menunjukkan sejauh mana kini kita telah melangkah, Menunjukkan bahwa kita di sini sebagai wujud mimpi – mimpi dan pilihan yang telah kita ambil di masa lalu. Dan seperti dikutip dari quote Harun Yahya, bahwa tak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan di dunia ini.
Oleh karena itu, masa depan adalah akibat dari mimpi – mimpi kita. Rangkailah mimpi – mimpi itu.Tuangkanlah mimpi – mimpi itu dalam sebuah daftar mimpi. Saat kita lelah dan ingin menyerah, tengoklah kembali daftar itu. Apakah kita telah mencapainya? Jika belum, siapkan stok semangat dalam hatimu dan bilang pada hatimu, sudah siapkah kita berlari lagi? Dan hati, akan menyuruh otak untuk menstimulasi dan menggerakkan organ – organ tubuh yang lain untuk segera berlari lagi dan membuat mimpi tak hanya sekedar mimpi.

23052011


THE CONTEMPLATION AFTER READING “Ranah 3 Warna”



                Aku bersyukur sekali bisa membelinya, membacanya dan yang paling penting, mengambil banyak pelajaran di dalamnya. Dalam buku ini aku menemukan suatu kekuatan yang memang menjadi tagline dari buku ini “Man shabara zhafira” : Siapa yang sabar akan beruntung. Ya, seperti yang ditulis oleh Bang Fuadi bahwa ternyata “mantra” Man jadda wajada saja tidak cukup untuk menghadapi kenyataan hidup yang semakin keras ini. Perjalanan hidup Alif yang sangat berliku dan membutuhkan perjuangan keras ini secara tidak langsung menggelitik hatiku, mempertanyakan kekuatan tekadku, menyadarkanku bahwa apa yang aku lakukan saat ini masih sangat jauh dibandingkan dengan apa yang telah ia lakukan. Dalam beberapa  hal kami memiliki kesamaan (aku dan alif.red) Alif suka menulis dan juga kegiatan jurnalistik, aku juga. Alif suka hal – hal berbau bahasa , aku juga. Alif tidak pandai menari apalagi menyanyi, dan hey aku juga. (-_-)!

Namun demikian aku merasa malu pada sosok Alif. Diceritakan bahwa meskipun pada saat Alif belum memiliki computer namun ia dapat membuktikan bahwa tulisannya berhak muncul di media massa baik lokal maupun nasional. Dengan perjuangan yang tak putus – putus walau putus asa kerap mengahadangnya saat berguru pada Bang Togar, seniornya, Aku merasa malu. Saat ini boleh dikatakan aku telah memiliki fasilitas yang cukup untuk menulis, namun takk satupun karyaku pernah menang sayembara apalagi masuk media massa. Aku, yang kata orang yang aku sayangi, kurang memiliki kekuatan dan kepercayaan yang kuat, begitu mudahnya merasa lelah dan menyerah. Karakter Alif benar – benar membangunkan gelegak kekuatan hati yang sempat mati suri dalam diriku. Yang paling menohok adalah saat Alif mengeluh tak ada ide dan gairah menulis. Bang Togar mengatakan bahwa ia sedang malas. Sampai akhirnya mereka tiba di tempat perkampungan kumuh berjuluk “Rumah Sakit malas”. Dengan melihat perjuangan keras mereka, orang – orang tak berpunya itu, rasa malas itupun sirna. Yeaahh..semoga bisa aku praktikkan untuk mengatasi masalah klasikku selama ini.

Berbekal MAN JADDA WAJADA (Siapa yang bersungguh – sungguh akan berhasil) dan MAN SHABARA ZHAFIRA (Siapa yang sabar akan beruntung) Alif benar – benar berjuang menggapai impian masa kecilnya untuk menginjakkan kaki di benua yang ditemukan oleh Columbus itu. Ketika semua orang menyangsikan kemauan kerasnya, ia tertantang untuk membuktikan pada mereka bahwa dengan berusaha keras, berdoa dan sabar ia mampu menggapainya.

Pendeskripsian tentang kegiatan mahasiswa di luar negri juga sedikit memberikan pandangan buat kita yang mau belajar ke luar negri, pencarian beasiswa, tinggal di rumah angkat, setting tempat yang “gue” banget. Aku jadi ingin ke Kanada!! :D France….. Canada…I’m coming!!! ^^

Ehm… yang terakhir mengenai jodoh. Sakit banget kalau ternyata kita kalah cepat dalam mengutarakan perasaan pada orang yang kita cintai, apalagi kalahnya dengan sahabat sendiri. Olala…

Tapi dengan man shabara zhafira , Alif pun akhirnya mendapatkan seorang istri yang benar – benar bisa menjadi partner hidupnya.Yang memiliki hobi dan passion yang sama. Mereka berkeliling dunia.. Sugooiiii :>



23042011

*ps : beberapa bulan kemudian aku bertemu dengan Bang Ahmad Fuadi dalam acara talkshow di kampusku. Senang sekali rasanya bisa bertatap muka langsung, mendapat banyak informasi tip dan trik mendapat beasiswa, mendapat cerita pengalamannya, berfoto, mendapat tanda tangan serta berbincang singkat dengannya. thanks God 

Mengenang Samudera



Kerinduan itu datang lagi. Menusuk bagai pisau belati. Hingga hati terasa tercabik - cabik. Perih, kala nama itu kembali terngiang, terkenang, dan terbentang dalam ingatan. Menyalakan kembali dian dalam diriku yang telah kupadamkan agar tak meleleh, agar tak habis dihisap api.
Desir angin, debur ombak, kilau pasir putih, kicau kawanan burung – burung serta semburat jingga di batas horizon yang masih enggan untuk digantikan kelamnya malam masih setia menemaniku berkelana ke masa lalu. Masa di mana kami selalu bersama, baik sedih maupun senang  walau tak banyak kudengar kata – kata terucap darinya. Ia yang selalu terlihat tegar, setegar karang di tepi pantai meski badai dan ombak kerap kali menghempasnya. Ia yang selalu patuh pada ibu, sepatuh matahari terhadap titah penciptanya meski tak sejalan dengan keinginan hatinya. Ia adalah Samuderaku, Samudera kami semua.
Masih tetap kupandangi lautan lepas di hadapanku. Tak berujung. Seperti halnya cinta ibu padanya. Ibu, wanita berusia 45 tahun itu kini harus menghidupi aku, buah hati satu – satunya yang lemah. Ibu yang tak pernah mengeluh, Ibu yang selalu menolak jika kuajak pergi ke pantai. Pantai, laut dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya membuat ibu teringat kenangan pahitnya. Aku ingat, ibu pernah bercerita bahwa ayahku yang seorang angkatan laut, meninggal dalam melaksanakan tugasnya di Samudera Hindia. Alangkah tragisnya! Ketika itu aku masih sangat kecil dan tak ada satu pun kenanganku bersama ayah. Aku hanya mengenal ayah dari cerita ibu dan foto – fotonya. Wah, ayahku ternyata tampan. Mirip sekali dengan kakakku, Samudera.
Hmmm… SAMUDERA. Kutulis besar – besar barisan huruf membentuk namanya di pasir.  Lagi – lagi hatiku ngilu mengeja namanya. Rasanya seperti ada sepi yang tiba – tiba hadir menyeruak tanpa permisi. Semua hening sejenak. 5 detik kemudian,Wuuuusss….. Kudapati barisan huruf – huruf itu telah rata dengan pasir yang lain. Dihapus ombak sampai tak berbekas.
***
            “Tidak!! Ibu tidak akan mengizinkanmu pergi. Ibu tidak merestui, Nak!”
            Aku tersentak oleh teriakan ibu. Kuhampiri ibu dan Kak Sammy, panggilan Kak Samudera, yang saat itu berada di ruang makan. Kulihat  raut wajah ibu menegang dan butiran bening membasahi pipinya. Aku hanya diam.
            “Ambil saja pendidikan dokter. Ibu yakin kau bisa. Itu lebih baik untuk masa depanmu.”
            “Tetapi aku tidak menyukainya.”
            Ada getar dalam suaranya. Tanda ia menahan emosinya.
            “Cobalah dahulu. Cobalah untuk menyukainya.”
            Ia menghela napas dalam – dalam. Tak ingin berlama – lama dalam situasi yang tidak nyaman ini, ia memilih untuk mengakhiri perbincangan itu, mengambil kertas formulir di atas meja dan masuk ke kamarnya. Formulir pendaftaran akademi militer angkatan laut, kuintip sekilas. Aku bisa mengerti. Ibu tidak ingin kehilangan lagi. Ibu tidak ingin cerita yang sama terulang lagi. Namun ibu lupa, nasib manusia berbeda – beda. Semuanya telah ada yang mengatur dengan skenario terbaik. Yah…Ibu terlalu hanyut dalam elegi masa lalu.
            Itulah Samudera. Hatinya yang seluas samudera lebih baik mengalah daripada melihat ibu menangis. Baginya mengalah lebih baik daripada memperpanjang masalah.  Di usianya yang sudah 18 tahun ini, ia telah berubah menjadi lelaki dewasa yang memprioritaskan keluarganya. Tegar, berwibawa, patuh dan santun.     Kak Sammy sangat menyukai pantai, laut, samudera dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. Lebih – lebih lagi karena namanya. Sesuai saran ibu, ia melanjutkan ke universitas ternama di kotaku dan mengambil jurusan pendidikan dokter. Tak diragukan lagi. Prestasinya selama 1 tahun luar biasa cemerlang. IP nya selalu cumlaude. Namun sayang, ia tak terlalu membuka diri dalam pergaulan di kampusnya. Cenderung dingin dan tak peduli masalah sekitarnya.  Satu – satunya sahabatnya yang kutahu adalah Bara. Bara yang tak terlalu pandai namun sangat menyenangkan dan pandai bergaul. Aku heran, mengapa ia bisa cocok dengan Kak Sammy?
            Ibu bangga. Ibu tersenyum. Aku pun tersenyum. Namun tanpa kami sadari, Kak Sammy menangis seorang diri di dalam kamarnya. Ia sudah tidak tahan lagi. Batinnya memberontak. Ia tak pernah menemukan rasa bernama bahagia dan puas dalam hidupnya selama setahun ini. Selama itu ia mencoba bertahan. Mencoba melakukan sesuai wejangan ibu dengan sepenuh hati. Namun hatinya tetap tak bisa dibohongi. Ia tak bisa menikmati semua ini. Ia frustasi. Ia hanya mampu menyimpannya sendiri tanpa mau berbagi. Ini bukanlah dunianya karena laut telah lebih dulu memanggil – manggilnya jiwanya.
Puncaknya, ia pergi dari rumah tanpa pamit. Bara mencarinya kesana - kemari, tetap tak ketemu. Aku tahu ke mana ia pergi. Pasti ke pantai. Kami mencari ke semua pantai terdekat. Hmm .. NIHIL! Kami nyaris putus asa. Sudah 4 hari ia pergi tanpa kabar. Hanya secarik kertas berisi pesan singkat yang sedikit terbakar di ujungnya. Ibu semakin khawatir membaca pesan singkat itu. “Sudah saatnya mengakhiri semua ini. Sekarang atau nanti akan sama saja. Lebih lama bertahan justru akan semakin tersiksa.”
Ibu tak bisa tidur memikirkannya. Kata – kata itu telah menggerogoti semangat ibu. Ibu tak mau makan. Aku sedih. Aku hanya bisa mendoakannya agar segera kembali pulang.
Hari ke-5 setelah kepergian Kak Sammy,
“Toktok..tok.. Assalammu’alaikum.”
Sosok tinggi tegap dengan rambut nyaris gundul datang bersama seseorang yang sudah sangat kami tunggu – tunggu kedatangannya. Aku segera menyambutnya dengan penuh kelegaan. Aku yakin ia tak akan melakukan hal senekat itu. Ia adalah kakakku yang paling tegar.
Laki – laki tinggi tegap itu adalah teman ayahku semasa menjadi angkatan laut. Ternyata selama beberapa hari ini Kak Sammy tinggal di rumahnya. Namanya Pak Rangga. Kulihat ibu, Kak Sammy dan Pak Rangga berbincang – bincang cukup serius di ruang tamu.  Setelah melewati perbincangan yang cukup lama, ibu menghela napas dan mengangguk pelan tanda setuju. Alangkah bahagianya kakakku yang tampan itu. Ia mencium tangan ibu lalu memeluknya. Kulihat Pak Rangga juga tersenyum lega. Kak Sammy pun memelukku dengan mata berbinar – binar dan senyuman cerah. Telah lama kuingin melihat wajah itu. Tak ingin lagi kulihat wajahnya yang selalu murung dan redup. Aku ingin dia hidup dengan sebenar – benarnya hidup.
Ia menulis beberapa kalimat dalam buku catatanku. Ia pergi pagi – pagi tanpa sempat mengucapkan perpisahan. Ia hanya tak ingin mengusik mimpi indahku. Benar saja, saat itu aku benar – benar mimpi indah.
“Dinda sayang, saat ini Kakak benar – benar telah bebas. Kakak pergi bukan karena tak sayang pada kamu dan ibu. Kakak sangat sayang pada kalian. Kalianlah harta Kakak yang paling berharga. Kakak hanya ingin mengejar mimpi. Anggukan ibu kemarin adalah pelepas borgol dalam hati dan pikiran Kakak selamabertahun - tahun. Laut telah memanggil jiwaku. Jaga diri baik – baik. Ikuti kata hatimu selama itu benar. Kamu adalah mentariku yang selalu menghangatkan hari – hariku.
Samudera yang sedang berbahagia.
Aku terharu membacanya. Semoga kau baik – baik di sana Kak.
Keesokan harinya,
Sebuah panggilan telepon membangunkanku dan ibu. Beberapa menit setelah mengangkat gagang telepon, ibu menangis sesenggukan. Ia segera berlari menghampiriku yang masih di tempat tidur. Ia menangis sambil memelukku. Terbata – bata ibu menceritakannya padaku. Berita itu bagai mimpi buruk yang berlanjut di dunia nyata. Tangisku pun tak sanggup dibendung lagi. Sementara itu, di luar hujan turun dengan deras. Alam pun ikut berduka. Seorang samudera telah pergi dan tak kembali.
***
            “Mentari!”
            Aku terperanjat. Panggilan ibu menyeretku kembali ke alam nyata. Ternyata aku sudah lama duduk di sini. Tak kusadari matahari telah bersembunyi di balik peraduannya. Siap berganti dengan malam beserta kawanannya, bulan dan bintang – bintang.
            “Sampai kapan kau mau terus duduk di situ? Ayo Bara bantu ibu menuntun Mentari ke kursi roda.”
            Ibu dan Bara membantuku kembali ke kursi roda. Tak terasa sudah 10 tahun sejak peristiwa pilu itu. Kini aku sudah berusia 26 tahun. Kini kami tak lagi tinggal berdua. Bara telah resmi menjadi anggota keluarga kami. Akhirnya aku tahu mengapa selama ini Bara begitu dekat dengan Kak Sammy. Ternyata ia ingin sering – sering bertemu denganku. Hehehe. Ia tak peduli aku selalu menggunakan kursi roda untuk berpindah tempat. Namun demikian, ia merasa sangat beruntung mengenal Kak Sammy. Ia telah banyak belajar dari kakakku.
Saat ini kami sedang berlibur di sebuah villa di tepi pantai. Ibu tak pernah paranoid lagi terhadap laut. Ibu telah sadar bahwa tak pantas ia menyalahkan apapun. Ini adalah kehendak-Nya. Lagipula kematian Kak Sammy bukanlah di laut tetapi di darat. Kematian dapat menjemput siapa pun di mana pun. Walau demikian aku bahagia, Kak Sammy menghadap pada-Nya dalam perjalanan untuk menuntut ilmu yang sesuai dengan kata hatinya. Tanpa adanya keterpaksaan, tanpa adanya beban kehidupan dan kini ia telah temukan kebebasan yang telah lama ia damba – dambakan.
“Meski ia tak lagi bersama kita. Meski ombak menghapus namanya. Namun ia kan selalu ada dalam hati ini.”Ibu dan Bara serempak mengangguk sambil tersenyum mendengar kata - kataku.







           
           

Le Francais : VOILA! :D

2011 : Une Année SUPER, avec l’association d’étudiant de la section française ! :D

(super rempong, super sibuk, super gila, super duper yummy *eh)

Menjadi bagian dari himpunan mahasiswa jurusan merupakan salah satu keinginanku ketika  menjadi maba pada 2009. Kenapa? Karena aku pikir aku bisa berorganisasi dengan orang – orang yang memiliki minat yang sama pada bahasa prancis, dan itu sangat mengasyikkan bukan? :P  Mengembangkan kemampuan berbahasa prancis dengan berbagai kegiatan. Tapi sayang,sepertinya ekspektasiku terlalu tinggi, terlalu muluk – muluk untuk menjadi kenyataan. Himpunan jurusan  itu digabung dengan sasjep dan sasing. Nggak jelas juga ngapain. Dan akhirnya malah tidak terlihat eksistensinya. Ya sudahlah! Aku tak peduli.

Pertengahan 2010 merupakan suatu awal bagi kami, mahasiswa sastra prancis untuk membuktikan eksistensi kami melalui Multikomparasi IMASPI 2010. Acara pertama kami ini nggak tanggung – tanggung langsung berskala nasional dan diadakan selama 6 hari berturut  - turut dengan peserta perwakilan dari universitas yang memiliki jurusan bahasa prancis se-indonesia. Pokoknya kita banyak belajar lah dari event ini. Terima kasih banget buat mas yayan surayan (kapel multikom) yang udah bisa menyatukan antar mahasiswa sastra prancis yang sebelumnya nggak saling kenal, padahal udah hampir 1 tahun lho. hihihi. :D Thanks you so much to mas Suta (co acara) : Really grateful to have working with you. Nice experience with nice team : troa, zaki, indri, mbak lina, mas aviv, mbak nana. :D

Merci beaucoup aussi pour tous les committees de Multikom et tous les participants J vous etes super !

Akhir 2010 kami berkiprah lagi melalui BON COURAGE!! 3. Ibaratnya kami mulai membangkitkan lagi acara ini yang sempat vakum selama 3 tahun. Jujur saja, waktu SMA aku pengen banget ikut lomba berbahasa prancis tapi jarang banget. Hiks! Makanya tahun ini, mumpung dikasih kesempatan buat ngadain, aku dan teman – teman dengan berusaha untuk menyelenggarakan acara ini. Dan yaaahh…lagi – lagi kami bisa belajar banyak dari sini. Makasih buat mas Hasan yang udah memberikan kepercayaan buatku untuk jadi sekretaris. Hihihi. Selama 3 bulan kita mempersiapkan acara ini, mungkin masih jauh dari kata sempurna,, tapi  kita seneng banget lega banget akhirnya, Voila!  kita berhasil melaksanakannya kan?? Merci beaucoup buat panitia Bon Courage!! 3 :D dan juga para  pesertanya.

Tampaknya perjalanan kami nggak berhenti sampai di sini. Awal 2011, Himpunan mahasiswa mulai dipisah dan kami harus membuat proposal, program kerja dan lain – lain. Entah rasanya apes banget gitu ya.. tiba – tiba aja si mas Duduwi Muntaha yang sok iyee itu, :P nunjuk aku jadi ketuanya. Aku nggak mau! Trauma jadi ketua! Pas SMA, aku masih merasa gagal menjadi ketua PCC. Jadi aku nggak mau. :P

Setelah melalui perdebatan yang panjang akhirnya..yak dapatlah saya sebagai tumbal selama 1 tahun. =.= Mulailah kami menyusun rencana demi rencana untuk mengembangkan potensi mahasiswa sastra prancis ke depannya dengan membuat kegiatan- kegiatan yang diharapkan membuat kami semakin akrab dan kreatif. Cieeee.. :D

Sungguh ya aku mohon maaf banget buat sahabat – sahabatku yang secara sepihak kutunjuk sebagai pengurus. Habis…aku bingung,, jumlah angkatan 2009 sastra prancis bisa dihitung dengan jari. Pour Miftahul Jannah, Indri Novita Sari, Zaki Mursidan Baldan, Sandi Joko Lelono, Tri Sutrisno, Praditya Dian Tami Anggara dan Achmad Yudhistira Satriatama : Merci beaucoup sangaaattt buat dedikasi kalian terhadap himpunan ini yang walaupun pada awalnya kalian merasa terpaksa. Makasih banyak buat kerjasamanya selama ini. Mohon maaf aku belum bisa jadi patron yang baik T.T #terharu

Nggak ketinggalan juga buat adik – adikku angkatan 2010 : Ario, Trias, Dita , Feri, Kashika, Tria, Suci, Tania, centa, Cecil, Nita, Fitri, Gazi, Yosua, Sulis, Anggre, Indah, Ina, Bie, Puput, Putri, Vita, Radik, Meli, Atika, Kiwir, Ocy, Retno, Riris. Makasih banget udah bantuin aku mewujudkan proker – proker ku T.T #terharu lagi . Mohon maaf atas salah2ku, mungkin ada perkataanku yang bikin kalian tersinggung.

Yaaa….pokoknya aku nggak akan bisa menjalankan proker 2 himpunan kalo nggak ada kalian semua. Senior2 juga : mas Satria, mas yayan, mas dudu, mas hasan, mbak jeje, mas riszky, mas aviv, mas Christian, mas suta. Dan semua teman2 yang nggak bisa kutulis satu per satu… :D

Aku pengen flashback ke kegiatan2 yang udah kita lalui nih:

-          Parade budaya : April 2011. yang dikoordinatori ama yudhis.

Seru – seruan maen petanque, bikin stan sampe malam2, masih ingat l’arc de triomphe kita? Hahaha…. Good job rek! ^^b meskipun akhirnya banyak menelan korban kepala. Hihihi. Tahun depan lebih dimaksimalin. Menara Eiffel mini yang menyala warna kuning stabilo, lomba kostum antar angkatan yang seru banget! :D makan pancake ama crepes, trus tampil nyanyi di parade budaya. Tous sont amusants! X)

-          Le Spectacle : September 2011 yang dikoordinatori ama feri.

Ini adalah acara pertama himpunan kita dan menumbalkan feri sebagai kapelnya. Wkwkwk.

                Acara yang konsep awalnya kolaborasi teater ama paduan suara ini sebenarnya pengen ditampilkan di perpus umum ama di ruang sidang pada bulan Juli. Tapi apa daya.....karena liburan,,akhirnya banyak yang udah pada pulang kampung dan akhirnya ditunda. Masalah tempat juga, di perpus umum sudah kena blacklist terus balai sidang...sudah disulap menjadi labirin kelas. Nasib....nasib. Ya sudahlah,, demi kelancaran acara karena kebetulan pada saat itu penampilan talents juga belum maksimal, ada baiknya jika ditunda setelah liburan semester yang digabung dengan libur hari raya. Fiuuuhhh... saya sebagai kahim merasa gagal dalam membimbing panitia L . Tapi aku belajar banyak untuk memperbaiki kesalahan2 ku tersebut. Namun pada saat tampil : CAPCUS !! :D meskipun ada kekurangan dalam beberapa hal tapi yaa..bisa dibilang cukup sukses untuk acara pertama.  Tahun depan bikin yang lebih seru lagi yaaa.. J

                Makasih ya Feri, panitia spectacle dan para talents :D

-          La Journee amicale : September 2011 yang dikoordinatori oleh Ario

Waahhh...seneng deh waktu lihat maba – maba sastra prancis yang jumlahnya meningkat tahun ini,,yaaa meskipun masih termasuk sedikit sih emang kalo dibandingkan dengan maba – maba prodi lainnya. Tapi aku percaya kualitas itu lebih penting daripada kuantitas. Meskipun kita Cuma sedikit personil yang penting harus punya kualitas yang bagus! :D

                Seruuuuu banget acara yang baru pertama kali diselenggarain tahun ini. Ada outbond juga,,yang walopun sederhana tapi tetep seru dan rame. Acara ini harusnya gak Cuma diadain 1 kali dalam setahun,,kalo bisa sih berkala kayak student day,,biar antar angkatan bisa semakin akrab. Hhihi. ^^v.

                Acara puncak : BON COURAGE 4 . kapel: zaki mursidan Baldan

                Yaaaaaaa.....akhirnya pada 3 Desember kemarin kita berhasil mewujudkan Bon Courage 4! Meskipun berat,,banyak konflik di sana sini tapi akhirnya acara ini berhasil diwujudkan. Selamat buat para pemenang, peserta, dan para panitia Bon Courage 4 oia dan juga nggak lupa para jurinya. :D  BAnyak perbedaan antara Bon Courage tahun ini ama tahun2 sebelumnya. Baik konsepannya,, lombanya...sampai hadiahnya. Oia tempatnya juga,,biasanya kita di ruang sidang,,tapi sekarang di lobby rektorat. Well, dari sini aku harap teman2 bisa banyak ambil pelajaran,,yang udah baik diterusin..yang tahun ini belum baik, tahun depan diperbaiki. Jangan sampai habis ikut panitia acara ini temen2 Cuma dapet capeknya ajaa...hehehe.

                The Last event : Mu-France, Desember 2012. Coordinator : Praditya Dian Tami

Acara terakhir buat LPJ-an, pembahasan AD/ART hima prancis dan pemilihan kahim baru. Lagi2 ini acara pertama kali diadakan tahun ini. Dengan waktu dan panitia yang  terbatas,,namun acara ini berhasil dilaksanakan. Dan felicitation buat Indri Novita Sari : the next kahim! :D Semoga tahun depan bisa lebih baik baik dari segi menejemen organisasinya maupun acara2nya dan pengurus2nya. Untuk pihak2 yang merasa kurang puas dengan hasil mu-france kami mohon maaf sebesar2nya mungkin dalam pengambilan keputusan saya kurang bijak, saya sebagai PJ dari semua kegiatan Himaprodi tahun ini mohon maaf ya... semoga semua hasil evaluasi thn ini bisa dijadikan pelajaran buat ke depannya.

Semangaaaaat yaaa.... Lanjutkan perjuangan untuk memajukan Himaprodi Bastra Prancis!

                                          Merci Beaucoup et Bonne Chance ! ^^