Monday 6 August 2012

Perjalanan napak tilas The Founding Father :D (29 – 30 Januari 2012)



Pagi buta hari Minggu itu, aku dan sahabat – sahabatku telah menyisir jalanan menuju stasiun kota baru. Kami berlima yang terdiri dari Aku, Tami, Lono, Mifta dan Lutfi (pacarnya Mifta) berjalan kaki beriringan sambil tertawa – tawa. Maklum, jarum jam masih mengarah ke angka 4 dan belum banyak kendaraan yang lewat. Jalanan serasa milik kami berlima :D
BLITAR!!

nenek di kereta pagi
Ya itulah destinasi kami hari ini. Kami berlima ditambah dengan sahabatku,Mega, akan “mbolang” ke sana dengan ular besi pagi. Peluit sudah ditiup oleh petugas stasiun dan kami bergegas mencari tempat duduk. Suasana masih lengang. Serasa gerbong sendiri deh. Dan.. baru kali ini aku merasakan sholat di kereta. Hehehe. Maklum, aku jarang naik kereta, apalagi yang waktu keberangkatannya mepet waktu sholat seperti ini. Kami berlima duduk 1 kompartemen, sementara itu di seberang kami duduk seorang nenek yang duduk sendirian. Awalnya aku kira nenek ini seorang pedagang, namun tebakan ku salah. Beliau pun kemudian bercerita kepada kami bahwa ia baru saja menjenguk cucunya yang juga kuliah di UB. Dari cara beliau bercerita terpancar kebanggaan seorang nenek dari daerah mbangil karena cucunya berhasil kuliah di sebuah universitas negeri di Kota Malang :D  Dan yang menjadi sorotanku ketika itu adalah beliau membeli dan membaca koran meski berada di kereta api. Semangat nenek itu tiba – tiba menjalariku seperti sengatan aliran listrik. Usia bukan halangan untuk nggak update dengan kondisi masyarakat sekitar kan?


Dan setelah 2 jam perjalanan melewati sawah, jalanan, terowongan, hutan, jurang dan sungai yang wow dihiasi dengan kabut juga, sampailah kami di kota kelahiran Bung karno tersebut. Oh iya, di kota ini, kami akan ditemani oleh sahabat kami Mukhlis yang asli Blitar.  
Perjalanan dimulai dari stasiun Blitar dan dilanjutkan dengan berjalan ke arah balaikota Blitar lalu makan pecel Blitar di alun – alun Blitar. Lesehan di bawah pohon. Hmmm..sarapan mantap. Setelah itu, kami melanjutkan ke masjid Agung Blitar untuk.... menumpang mandi :p dan sholat Dhuha sebelum memulai petualangan panjang.hehehe.

sarapan pecel blitar di alun - alun
 Oke, setelah merasa segar dan kenyang kami berjalan ke alun – alun Blitar. Tidak beda jauh dengan alun – alun kota pada umumnya, alun – alun kota Blitar ini dikelilingi oleh bangunan – bangunan penting seperti masjid agung, balaikota, gedung milik pemerintah, pertokoan, bank, dll. Di jantung alun – alun terdapat sebuah pohon beringin besar yang diberi sangkar. Konon pohon tersebut mengandung mitos. Kami pun asyik berfoto – foto di sana dan malangnya, karena terlalu bersemangat..aku sampai jatuh tersungkur di lantai alun – alun karena tidak melihat ada undakan kecil di depanku. Eh bukannya menolong, sahabat – sahabatku ini justru menertawakanku. -.-“
Nah ini nih yang menarik perhatianku...
alat fitnes tradisional :p
Sebuah alat dari besi yang mirip alat fitnes yang dijual di tivi – tivi itutuh..yang harganya selangit. Yapz dapat kita temukan juga di sini. Bentuknya hampir mirip mainan anak – anak di TK tapi setelah kita perhatikan sepertinya alat – alat tersebut untuk berolahraga.
  
Selesai di alun – alun tujuan kita selanjutnya adalah rumah Bung karno. Bagaimana kita pergi ke sana? Naik angkot? non! Kita akan ke sana dengan berjalan kaki. Ya namanya juga BOLANG! Hahaha. Siaaaappp graaakk! Majuuuu jalaaann!! ^^

*Rumah Bung Karno*
di rumah bung karno
bersama mobil AG 390 N
Rumah bergaya joglo yang dikelilingi halaman yang cukup luas dan ramai oleh penjual itu adalah rumah Bapak Proklamator kita. Sebelum masuk kita harus melepas sepatu. Di dalam rumah tersebut banyak sekali barang – barang lama yang masih tampak terawat. Mulai foto – foto bung karno beserta keluarganya, furniture ruang tamu, kamar tidur, ruang makan sampai dapurnya pun tetap terjaga dan terawat. Di bagian belakang pun terdapat mobil Bung Karno, mobil kuno berplat nomer AG 390 N dan berlabel lencana merah putih berwarna hitam. Wah..serasa kembali ke zaman kemerdekaan dan dekat dengan kehidupan keluarga orang nomer 1 di Indonesia itu.
peramal primbon
Hal unik lainnya adalah adanya seorang lelaki yang meramal menggunakan hitungan primbon di halaman depan rumah Bung Karno. Orang tersebut sangat menguasai ilmu hitung – menghitung orang jawa seperti untuk menentukan jodoh dan mencari tanggal baik berdasarkan weton. Namun demikian hal tersebut dikembalikan lagi kepada yang diramal mempercayainya atau tidak.
Perjalanan kami pun berlanjut, akhirnya kami sampai di sebuah taman bermain dengan beberapa permainan anak – anak seperti odong – odong, jungkat – jungkit, cangkir putar dan sebagainya. Tampak para orang tua sedang mengawasi anak – anak kecilnya bermain – main. Di situ kita juga dapat menemukan beberapa penjual kuliner khas Blitar seperti pleret. Hmm..nama yang aneh. Pleret adalah makanan berwarna putih dan pink yang terbuat dari tepung beras yang dibentuk bola – bola dan diisi dengan gula merah. Pleret ini dimakan bersama dengan santan, seperti dawet. Ketika kita makan, gula yang ada di dalam pleret itu pecah dan menyebarkan rasa manis. 
*Monumen Perjuangan
power ranger : beraksi!!
Sebagai kota yang sangat menghargai sejarah dan jasa para pahlawan terdahulu, Blitar membuat sebuah monumen perjuangan. Monumen ini menggambarkan perjuangan para tentara dan rakyat Blitar dalam mengusir penjajah dan sekaligus mengingatkan generasi saat ini akan semangat juang yang menggelora demi memerdekakan bangsa ini. Ini dia nih gambar monumennya. Terasa sekali kan semangat juangnya! MERDEKA! ^^9




*Taman Makam Pahlawan
Tak jauh dari monumen tersebut, terdapat komplek taman makam pahlawan.  
bersama ibu penjual jamu
Oke, perjalanan pun kami lanjutkan. Sementara badan semakin lelah sedangkan sang raja siang semakin terik menyinari bumi. Pantas saja..saat itu jam menunjukkan pukul 12 siang. Tenggorokan kami rasanya haus banget. Panas – panas gini paling pas minum yang seger – seger. Dan voila.. akhirnya kami berjodoh dengan ibu penjual jamu. Hahaha. Tak tanggung – tanggung kami membeli sebotol jamu untuk  beramai – ramai dan karena adanya memang tinggal sebotol. Hiks! Itung – itung buat nambah tenaga juga kan? Karena memang telah menjadi kebiasaan, kami pun nggak pernah melewatkan moment – moment tanpa narsis. Dan..jadilah kami berfoto bersama our hero this noon. Ibu penjual jamu! Yeaaa Laris manis dah bu!
Setelah minum jamu, kami istirahat sebentar untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur di sebuah masjid yang kosong, maklum saat itu hari Minggu dan karena masjid ini adalah masjid sebuah kantor maka tak ada orang. 
*Areal Makam Bung Karno*
Dengan pengarahan dari guide kami yang baik hati dan mau kami repotin *ehem*, sampailah kami di areal makam Bung Karno. Ya, ternyata areal ini tidak hanya terdapat makam, melainkan ada museum Bung Karno, outdoor amphiteater, perpustakaan dan sebuah pasar tradisional yang menjual beraneka macam oleh – oleh khas Blitar.
Yuk kita bahas satu per satu apa aja yang ada di dalamnyaa.... yuukkk mariii...
saya dan lukisan potrait bung karno
Pertama kali kita memasuki areal tersebut akan terlihat sebuah outdoor amphiteater yang cukup besar. Di sini sering kali diselenggarakan pertunjukan teater, terutama saat malam hari. Wah,,,pasti keren ya..
Kemudian kami memasuki museum Bung karno. Nah..di museum ini terdapat lukisan potrait Bung Karno yang konon terlihat detak jantungnya. Nah lhoo?! Pasti pada nggak percaya kan?  Awalnya aku juga nggak percaya, mana ada lukisan yang bisa terlihat gerakan detak jantungnya. Dan setelah diperlihatkan lebih cermat oleh si Mukhlis, ternyata benar. Ada semacam gerakan konstan seperti detak jantung tepat di dada sebelah kiri gambar bung karno. Entah apa itu sebenarnya, masih merupakan suatu misteri buat kami.
Selain itu, di dalam museum tersebut ada berbagai macam lukisan dan foto – foto para pahlawan dan juga hal – hal yang berhubungan dengan perjuangan merebut kemerdekaan. Ada juga alat – alat yang digunakan untuk mendukung perjuangan, seperti senapan.
Setelah itu kami beralih ke perpustakaan Bung Karno, tapi sayang kami tidak jadi masuk karena suatu hal. Jadilah kami ngemper sejenak melepas lelah ditemani angin semilir yang bikin ngantuk. Hoaahhmm -o-“
Hari semakin siang dan matahari semakin terik. Akhirnya kami sampai di makam Bung karno. Saat kami datang, telah banyak para peziarah yang melakukan doa bersama. Akhirnya kami juga diam sejenak seraya mendoakan Bapak Proklamator kita yang sangat dikagumi itu. Sebuah kontemplasi muncul di benak saya, betapa kharisma seorang Bung Karno masih tetap terasa meskipun beliau telah tiada. Berkat jasa – jasanya dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia ini beliau telah memiliki ruang tersendiri dalam hati rakyat Indonesia. Kemampuan leadershipnya patut diteladani oleh segenap generasi penerus bangsa saat ini. Kurang bijak memang jika kita melakukan perbandingan terhadap presiden satu dengan presiden lainnya karena mereka masing – masing memiliki karakter kepemimpinan yang berbeda – beda dan memiliki sisi positif dan negatifnya. Namun presiden dan juga para pemimpin saat ini haruslah belajar dari pemimpin – pemimpin terdahulu. Oleh karena itulah Bung karno dalam pidatonya pernah menyatakan “Jangan sekali – sekali melupakan sejarah” atau yang biasanya disingkat dengan JASMERAH. Pemimpin – pemimpin terdahulu mana pernah ada yang terlibat kasus korupsi demi memakmurkan kantong sendiri, karena pada saat itu kemerdekan RI lah yang menjadi tujuan utama mereka. Sekarang ketika negara ini telah mengenyam kemerdekaan (meski belum dapat dikatakan benar – benar merdeka sih) apakah ini balasan yang kita berikan untuk mengisi kemerdekaan? Kasus korupsi dimana – mana digembar – gemborkan media, kesejahteraan rakyat yang belum dapat merata, konflik antar ormas dll dsb. Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk mengisi kemerdekaan yang dicita – citakan para pahlawan terdahulu? Jika belum, apakah yang dapat kita lakukan? Segera cari tahu jawabannya sebelum terlambat 
tangga menuju makam bung karno
               
 Selesai berdoa, kami menuju pintu keluar yang ternyata sangat jauuuhh sekali (karena kami harus melewati pasar oleh – oleh yang tampak seperti labirin ). Suasana panas, lapar dan lelah menyelimuti kami. Setelah puas makan siang, hal – hal bodoh dan gila terjadi pada rombongan kami. Sahabat kami si mukhlis pulang ke rumahnya dengan dokar, bersama Lono, kemudian ia menjemput kami untuk ke rumah kakaknya supaya lebih dekat. Saat itu aku bersama Lono dan mega di 1 sepeda motor. Sementara itu tiba – tiba hujan turun dengan sangat lebat dan kami nggak bawa jas hujan. Jadilah kami berhujan – hujan ria sambil ngebut. Brrrr...
                Akhirnya kami beristirahat di rumah kakak Mukhlis samil mengeringkan pakaian kami yang basah kuyup. Untungnya bawa baju ganti meskipun bekas dipakai tidur semalem -__-! Capek banget setelah melakukan perjalanan (benar – benar jalan kaki dari stasiun Blitar sampai makam Bung karno) Kamipun dijamu dengan istimewa..Alhamdulillah bener-bener sesuatu sampai akhirnya kami pulang dan diantar ke stasiun dengan sistem “imbal” seperti tadi. Sesampainya di stasiun Blitar kami heran, mengapa pintu stasiun terkunci? Ya, kami mendapat tiket jam 7 malam. Jam sudah menunjuk pukul 7 lewat dan kereta api serta penumpang tak kelihatan sama sekali. Entah karena kecapekan atau polosnya kami, tak ada satupun dari kami yang tahu apa penyebab keanehan tersebut. Hingga akhirnya kami bertanya pada pak satpam stasiun. Setelah kami diberi tahu penyebabnya, kami pun tertawa terbahak – bahak lalu terdiam. Di mana kami akan tidur malam ini?? 0__0 Ya kami tidak bisa pulang ke Malang malam ini. Anda tahu kenapa sodara – sodara??
Penyebabnya adalah ini : “Perhatikan jam keberangkatan 07:20”
tiket kereta api pulang kontroversial
Kami membeli tiket pulang tersebut jam setengah 7 pagi, sesampainya kami di stasiun Blitar. Kami kompak mengira bahwa kereta pulang adalah jam 7.20 malam, padahal yang tiket tersebut adalah untuk kereta tujuan malang pukul 7.20 PAGI. Hahahaha. Pantas saja sudah tidak ada tempat duduk :p
Bisa dibayangkan kami tidak tahu harus kemana malam itu, ke tempat Muukhlis adalah hal yang mustahil. Beruntung sekali saat itu, tantenya Mega yang orang Blitar sudah pulang dari Malang. Beliau dan keluarganya menjemput kami yang sudah lemas terkulai di depan pintu stasiun yang semakin sepi dengan mobil. Jadilah kami menumpang di rumah tantenya Mega dan pulang ke malang keesokan paginya jam setengah 5. 
What a bolang story!see you on next story :)

Written at 05082012 - 11.56 pm










2 comments:

  1. super sekali rek perjalanan e
    kapan lagi yokk ???

    seng episode 2 drung iku
    ndek omah e tami :D

    ReplyDelete
  2. iki lutphie phi a??
    hahaha...oyi beh.. engkok lekk wes tak posting tak tag maneh :P

    ReplyDelete