Thursday 18 October 2012

Mengapa takut berbeda?

Persamaan akan beberapa hal dengan seseorang memang membuatku senang. sama dalam hobi, passion, mimpi, kebiasaan sampai pemikiran. Sejak kecil, aku ingin sekali memiliki saudara kembar. Bodoh memang kedengarannya. Tapi aku suka sekali membayangkannya. Aku jadi nggak pernah merasa sendirian ketika membayangkannya.

Persamaan - persamaan tersebut membuat aku nyaman. Aku bisa bercerita tentang apa saja, bertukar pikiran, dan mencari solusi permasalahanku. Hal itu didukung pula dengan persamaan sifat dan sikap dalam menyelesaikan masalah. Lingkungan pertemanan dan background keluarga pun juga mempengaruhi. Entahlah.
Namun, Aku bersyukur mengenal mereka, karena seperti kutemukan kekuatan diriku yang lain dalam diri mereka. 



Aku baru menyadari, tak selamanya kita akan selalu bisa bersama dengan orang - orang yang membuat kita nyaman. Suatu saat nanti, Tuhan akan menaruh kita pada suatu lingkungan baru dengan orang - orang baru yang berbeda dengan kita, baik budaya, pemikiran, kepribadian, agama dan lain sebagainya.  Kita dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan. Tak ada yang mudah di awal, namun lama - lama juga akan terbiasa.

Aku pun jadi teringat akan kuliah Sejarah Pemikiran Modern dulu, kenapa sih orang Indonesia kok cenderung suka dengan yang sama yang seragam? Mungkin hal itu dipengaruhi juga dengan sistem pendidikan di Indonesia yang mengharuskan menggunakan seragam dan secara tidak langsung juga mempengaruhi cara berpikir yang cenderung komunal. Dampak pengaruh sosialis kah? Entahlah, aku tidak ingin membahas terlalu dalam di sini. Mungkin di coretan lain waktu saja.

Terlalu lama berada di zona nyaman dan dikelilingi oleh orang - orang yang "sama" akan membuat kita menjadi enggan berbeda, enggan berubah dan enggan belajar. Belajar memperbaiki diri dan belajar memahami orang lain yang "berbeda". Hingga suatu hari, kuceritakan pada seorang sahabatku, bahwa aku mengagumi seseorang yang mirip denganku. Aku seperti melihat bayangan diriku padanya. Hey, bukankah hal tersebut adalah bukti keegoisanku? Seakan tergila - gila pada sosok bayangan diri tanpa menghiraukan kelemahan - kelemahannya, yang berarti juga menjadi kelemahanku. Sahabatku pun berkomentar, bukankah untuk sebuah hubungan yang lebih serius sebaiknya mencari yang "berbeda" agar dapat saling melengkapi?
Berbeda di sini adalah berbeda dalam sifat. Bukan dalam hal - hal yang  secara prinsipal memang harus sama.

Sejenak aku tersadar, benar juga. Akhirnya dapat kutarik sebuah kesimpulan,
"Adanya persamaan merupakan langkah awal untuk memulai. Di balik persamaan itu pasti tersimpan perbedaan. Tak ada seorang pun dii dunia ini yang benar - benar mirip. Bahkan Anak kembar sekalipun. tinggal bagaimana cara kita mengelola persamaan dan perbedaan tersebut agar dapat berharmonisasi secara bersamaan."
Hal ini tidak hanya berlaku dalam menjalani hubungan personal saja, namun juga hubungan dengan suatu komunitas dalam organisasi ataupun masyarakat.

Jangan takut menjadi berbeda dalam berekspresi. Setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya dan menjadi dirinya sendiri.
Jangan enggan belajar mencari persamaan dalam perbedaan.  "Unity in Diversity" Seperti tema PK2Maba FIB 2011 tahun lalu yang sangat berkesan.

18/10/2012 00.42

No comments:

Post a Comment