Monday 6 July 2015

Roller coaster of Life. episode Juni

www.miadventure.com


Pernahkah Anda merasakan hidup Anda terlalu datar? Monoton? Monokrom? Ah..mungkin Anda butuh piknik (hehehehe)


Mungkin juga Anda butuh semacam life twist, chaos, yang akan mengobrak-abrik kenyamanan hidup yang selama ini terasa stagnan. Beberapa bulan lalu saya merasakan demikian. Bergumul dengan rutinitas yang berputar bak bianglala, konstan, ke atas lalu ke bawah dengan tenang, tak ada tantangan yang memacu adrenalin. Bersyukur mengalami kemudahan dan mendapat rezeki, namun siapa sangka bahwa kemudahan dan ketenangan tersebut justru membuatku terlena, kurang waspada, dan kurang hati-hati. Kenyataannya, tak ada samudera yang benar-benar tenang, karena samudera yang terlihat terlalu tenang seringkali membawa pertanda akan datangnya badai yang tak terduga-duga. Badai dalam hari-hari tenangku pun akhirnya menampakkan wajahnya.  Dan bianglala yang konstan itupun menjelma menjadi sebuah roller coaster.

Ketika berada di atas kita bisa tertawa, berteriak lepas, memandang ke segala arah dengan bebas dan merasa terbang. Namun apa yang terjadi ketika tiba-tiba Anda harus meluncur dari ketinggian sekian meter? Kalau saya sih merasa jantung ini mau copot, lepas dan agak takut menghadapi perubahan yang tiba-tiba ini.  Lalu tangan saya akan gemetaran dan rasanya ingin menangis. Tapi setelah itu rasanya lega sekali setelah permainan itu berakhir. Plooong.. Begitu pun hari-hari di bulan Juni ini.

Tak ada yang lebih bijak, dari hujan bulan Juni.Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.

Mengutip sebait puisi Hujan Bulan Juni karya Pak Sapardi, sastrawan favorit saya. Sungguh tepat nian bait ini untuk hati yang lelah, galau, suntuk, ragu-ragu dan gundah gulana.

Harapan saya sempat pupus di awal Juni ini. Harapan yang saya rajut dengan benang-benang optimis itu terburai satu per satu. Namun Allah Maha Baik, Ia tak membiarkan saya bersedih terlalu lama. Melalui sebuah buku tentang quantum Ikhlas yang saya pinjam dari seorang sahabat sungguh dapat menumbuhkan kembali gelombang-gelombang positif di pikiran saya. Di sinilah, praktik untuk ikhlas itu dituntut secara nyata dan bukannya hanya sebatas teori kata-kata saja. Saya bersyukur sekali memiliki banyak kawan dan sahabat yang tak hentinya menghibur saya dan meyakinkan saya bahwa harapan itu akan berbunga di musim yang tepat, mungkin bukan musim kemarau di bulan Juni ini, tapi di musim lain yang lebih bersahabat. Di situ saya belajar untuk lebih bijak dan tak terjebak dalam kesedihan.

Pertengahan Juni ini kami memulai puasa Ramadhan. Esensi ibadah puasa seperti yang telah kita pahami adalah tentang melatih kesabaran, di samping menahan lapar, haus dan hawa nafsu sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Bagaimana mungkin kita belajar tentang kesabaran jika tak ada ujiannya? Teringat lagi English proverb yang sering kali didengungkan oleh guru bahasa inggrisku saat SMA : Smooth sea never makes a good sailor.  Lautan yang tenang tak akan menghasilkan pelaut yang handal. Ujian kali ini cukup rumit, tak hanya untuk saya, tetapi juga untuk sahabat-sahabat saya. Seperti yang telah saya paparkan di awal, lautan yang tampak tenang bisa saja menjadi pertanda datangnya badai. Selama ini hubungan yang tercipta di antara saya dan orang yang berkonflik ini terlihat biasa saja, tak ada masalah yang terlihat, namun ternyata ia bagaikan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Bom itu berupa perlakuan yang membuat saya muak. Tak perlulah kuceritakan di sini. Memang rasa kesal itu hanya bisa ku ekspresikan dengan air mata dan coretan pada sketch book ku, hingga tanganku gemetar. Begitulah caraku menyalurkan kekecewaanku. Semoga ia segera mendapat hidayahNya. Becik kethitik ala ketara. Perbuatan buruk sekecil apapun nantinya akan terlihat.

Saya mengalah, bukan berarti saya kalah atau menyerah. Jika bertahan justru akan menambah konflik dan keresahan batin, maka pergi adalah jalan keluarnya. Berpisah secara baik-baik dan memulai kebersamaan lain di tempat yang lain mungkin akan lebih baik bagi kedua belah pihak. Dan saya percaya, jarak dan waktu akan meredam api perseteruan yang terselubung itu. Dan sore itu......

Menjelang buka puasa, saat senja menghias langit dengan warna jingga, ungu, dan merah muda, kami berpamitan.  Mereka yang tak pernah mengira kami akan pergi, menangis sejadi-jadinya. Mereka kehilangan sosok kakak dan pembina yang telah mereka sematkan pada kami selama ini. Kekesalan kami, alasan kami pergi bukanlah pada mereka. Kami menyayangi mereka, kami ingin bersama mereka, namun keadaan lain mendesak kami untuk tak lagi bertahan. Sungguh! Perpisahan adalah salah satu hal yang paling kubenci. Siapalah di dunia ini yang tak bersedih menghadapi sebuah perpisahan? Air mata itu lagi-lagi membanjiri pipi kami. Sakit rasanya melihat adik-adik kami ini menangis, melarang kami pergi setelah kurang lebih 1,5 tahun bersama-sama setiap harinya, tapi kami bisa apa? Kami pergi tanpa menoleh lagi ke belakang. Selamat tinggal adik-adik asrama. Semoga kalian selalu dalam lindunganNya.

tim paduan suara SMP-SMA
tim tari saman SMP-SMA















If you're brave enough to say good bye, Life will reward you with a new hello (Paulo Coelho)


Jika kamu cukup berani untuk mengucapkan selamat tinggal, hidup akan memberimu hadiah berupa sebuah pertemuan yang baru.




Minggu-minggu terakhir bulan Juni saya dipertemukan dengan orang-orang yang telah menginspirasi saya hingga saat ini. Bertemu dengan guru favorit saya di SMA, guru bahasa Prancis saya yang pertama, para dosen saya yang selalu mensupport saya, kolega pengajar bahasa Prancis yang selalu membantu saya dan juga kawan-kawan saya di perkuliahan. Meski singkat pertemuan kami hari itu, namun memberi saya semangat bahwa masih banyak dan panjang yang harus saya perjuangkan untuk menjalani passion yang saya pilih sebagai jalan hidup. Kisah-kisah sukses mereka dan orang-orang yang mereka ceritakan membuat saya lebih termotivasi untuk merajut kembali harapan-harapan yang terburai. Menguatkan kembali pilihanku sebagai pengajar. Merci beaucoup.  Je vous aime  pour toujours. :)

kongres pengajar bahasa Prancis se-Jatim

bersama para guru dan dosen, my inspirator :)

avec Isabelle
Meski Juni hampir berakhir, lika-liku ini nampaknya juga usai. Perpisahan kembali hadir tanpa permisi. Kawan saya, sekaligus tutor saya, Isabelle pun harus meninggalkan Indonesia dan kembali ke Prancis. Masa magangnya telah berakhir. Teringat kembali perjuangan di bulan Februari-April bersamanya. Kami belajar tentang hal-hal baru untuk mengembangkan bahasa Prancis kami. Ia sangat antusias dalam membantu kami banyak hal. Saling berbagi dan bertukar pikiran. Dan kini ia kembali ke Marseille. Au revoir mon amie, sampai jumpa di Marseille.













sama mbak iin
Saya kira perpisahan itu sudah yang terakhir, namun ternyata tidak. Di penghujung Juni, lagi-lagi perpisahan itu nyata. Sahabat, kakak, kolega yang baru kukenal 2 bulan belakangan ini juga harus pulang dan memutuskan untuk tak kembali ke sini. Teringat saat-saat kami piknik bersama, saat kami bekerja bersama, saat kami bercerita-cerita sebelum tidur, tertawa dan menangis bersama menghadapi berbagai permasalahan, ah rasanya terlalu singkat kebersamaan kami itu. Namun kami tak bisa menahannya di sini. Semoga Mbak Iin sukses di sana. Jangan pernah lupakan kebersamaan yang singkat namun sangat bermakna ini.

empat sekawan (1)

empat sekawan (2)


It's been a long day without you my friend, and Ill tell you all about it when I see you again. Weve come a long way from where we began, Oh Ill tell you all about it when I see you again.

*Backsongnya tepat banget :(*

Kita tak akan pernah tahu betapa berartinya sebuah kebersamaan, sebelum kita mengenal perpisahan. Nikmati kebersamaan itu dengan sepenuh hati, agar tak ada penyesalan di akhir cerita. Selamat tinggal Juni, terima kasih untuk semua pelajaran berharga ini. Selamat menjalankan ibadah puasa.

Tak ada yang lebih bijak, dari hujan bulan Juni.
Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu.




Selamat datang Juli, semoga tak ada lagi jejak kaki yang ragu-ragu di jalan itu. Sampai jumpa di musim selanjutnya. Ketika pucuk-pucuk ranting telah dihiasi dedaunan. 

Jombang, 050715


2 comments:

  1. nice article mbk anna..
    semuanya belum berakhir, akan ada harapan baru dalam suasana baru..
    aku jadi kangen mbak siruju.. :'(

    dan mugkin ini saatnya saya yang mulai bersiap meghadapi badai yang mugkin datang tiba-tiba..
    tetap ikhlas mbak,, dan semoga yag salah medapat hidayah.. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasiiii mbak ayu :*
      iyaaa mbak..semangat yaaaahhh... kamu pasti bisa menghadapinyaa \m/
      btw, itu aku udah tambahkan foto kita bersama lhooo... sayang nggak ada yang berlima..hehehe.

      Delete