Saturday 8 December 2018

Berawal dari hobi, menjadi sebuah terapi diri

         
          Aku sangat suka membaca. Sejak kecil orang tuaku senang membelikan majalah anak-anak atau mengajakku ke toko buku untuk memilih buku yang aku sukai. Membaca membuatku semakin lihai berimajinasi. Imajinasi itu kutuangkan dalam bentuk skenario lisan ala anak-anak, yakni bermain peran menggunakan boneka kertas yang sangat hits saat aku SD, itu lho permainan orang-orangan yang ada bajunya bermacam-macam kemudian digabungkan dengan rumah-rumahan plastik. Aku dan sahabatku bisa berjam-jam jika sudah bermain. 
      Seiring berjalannya waktu, bacaan kita juga mengikuti perkembangan. Saat SD, aku membaca majalah anak-anak, novel anak, dan komik. Saat SMP dan SMA aku mulai menyukai novel teenlit dan novel motivasi. Oleh karena itulah saat SMA aku memilih jurusan bahasa dan dilanjutkan ke jurusan sastra Prancis di Universitas. Membaca memberiku kesempatan untuk menjelajah ke tempat-tempat yang tak pernah kuketahui sebelumnya. Mengenalkanku dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia serta memperoleh pengalaman dan juga pekerjaan yang tidak terduga. 
       Membaca memberiku ruang bebas berkarya dan menemaniku saat hari-hariku terasa sepi. Beranjak dewasa, teman-teman mulai hidup dengan keluarganya masing-masing, dan aku yang pada saat itu belum berkeluarga, menghabiskan banyak waktuku untuk membeli buku, membacanya, dan tentu saja mengoleksinya. Dari pengalaman membaca itulah, rasa percaya diriku untuk menulis tumbuh. Sejak SMP aku suka menulis diary bahkan sampai saat bekerja. Setelah muncul banyak sosial media dan blog, aku mulai mempublikasikannya. Dan aku sangat senang karena teman-teman memberiku support untuk mengembangkan tulisanku. Beberapa kali mengikuti lomba cerpen maupun novel, namun sayang aku tak pernah beruntung. Namun jalan menulis tak hanya sampai di situ. Aku mulai bergabung dalam komunitas menulis dan mengikuti sayembara dan tulisan-tulisan yang terpilih dibukukan dalam sebuah antologi. Alhamdulillah saat ini aku telah berkolaborasi dalam 7 buah antologi, baik cerpen, puisi maupun kisah inspiratif. Namun demikian, aku masih memiliki harapan dan impian, yakni menulis sebuah buku, solo writing. Sudah beberapa draft novel bersarang di folder laptopku. Draft yang belum matang karena tak pernah kuselesaikan. Entah mengapa rasanya sulit sekali untuk konsisten. Padahal sudah seringkali aku mengikuti diskusi dan juga saat bedah buku para penulis terkenal. Namun sayangnya semangat itu hanya berkobar di awal. Entah mungkin karena kesibukanku mengajar yang cukup menyita banyak waktu, sehingga waktu untuk menulis dan membaca dengan tenang pun habis. Entah mengapa saat ini aku tak bisa fokus membaca dan menghabiskan buku-buku seperti dulu. Kadang aku merasa tidak tenang saat membaca karena pekerjaanku belumlah tuntas dan agak stres.  Namun akhirnya aku menyadari, bahwa membaca dan menulis juga dapat menjadi sebuah terapi untuk stres. Terapi untuk menenangkan diri dan keluar sejenak dari pikiran yang melelahkan. Oleh karena itulah, tulisan ini aku buat untuk menenangkan hati dan pikiranku yang saat ini sedang kacau dan semoga setelah itu dapat kembali fokus untuk kembali menyelesaikan pekerjaan. Mungkin teman-teman ada yang mengalami hal yang sama, segera hentikan pekerjaan yang membuat stres, lakukan hobi yang kalian suka misalnya menulis. Tuliskan apa saja yang saat itu membuatmu lelah dan jenuh. Tuliskan hingga hilang semua sesak di dada. Semoga ketika rasa stres telah reda, kalian dapat kembali melanjutkan pekerjaan dengan pikiran lebih jernih dan fokus. Selamat kalian telah menyalurkan emosi dan kejenuhan melalui kegiatan dan hobi yang positif dan tentu saja produktif.  :)
Terima kasih.
Anna Rakhmawati (batch 6)